Saturday, November 22, 2014

Penyamaan Frekuensi

Barusan inget sama namanya PhDcomics.

Di dalamnya ada cergam (cerita bergambar) yang mana di awalnya waktu PhD adalah semangat untuk bisa merubah dunia, tapi setelah lama kemudian requirementnya berubah menjadi: asal supervisor senang.

Ada benernya juga sie. Tapi sekarang gimana caranya biar bisa punya PhD yang bagus dan baik. In shaa Allah bisa berguna bagi nusa dan bangsa, bahkan umat manusia. Kayak Pak Habibie bisa bikin Habibie theory mengenai elastisitas sayap pesawat terbang. Mungkin Arie nanti bisa nemuin sebuah teori untuk penghitungan kontrak konsep perawatan pesawat terbang untuk business model masa depan? siapa tahuuuu... In sha Allah.

Amiiiinnn...
Share:

Friday, November 21, 2014

Question of the Day

Tadi siang ketemu sama Supervisor untuk membahas masalah untuk menginterview. Yup, insha Allah dalam waktu dua minggu ini bakalan balik ke Indonesia untuk ambil data dan sekalian pulang. Arka pengen ketemu sama Eyang-eyang nya :)

Satu pertanyaan adalah apakah riset ini cukup untuk PhD? dan bagaimana itu bisa menjadi sebuah hipotesa atau sebuah PhD? sampai tadi ditanya, kenapa dengan perusahaan di Indonesia? kenapa ndak ada yang pernah mengerjakan apa yang kamu kerjakan? Yup, gak ada di dunia ini yang langsung tiba-tiba untuk menemukan sesuatu, harusnya ada sesuatu yang sudah bisa dijadikan referensi. Di perusahaan lain mungkin? di negara lain mungkin? di industri lain mungkin?

Yah, ini kayaknya konsekuensi dari literature review kemarin yang kurang baik, jadinya sampai pada pertanyaan fundamental dan seperti di awal lagi. Tapi bismillah, insha Allah bakal ada jalan dan jawabannya akan ketemu. aaamiiinnn
Share:

Monday, November 17, 2014

Arka & Mommy: Anugrah Terindah yang Pernah Kumiliki

Alhamdulillah...

Have a superfamily: super mommy and super baby

Sheila On 7 - Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki

Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas dimataku
Warna - warna indahmu

Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu

Terlihat jelas bahwa hatimu

Anugerah terindah yang pernah kumiliki

Sifatmu nan s'lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku

Dari bunga yang layu

Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria

Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki

* :Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Sejuk tatap wajahmu










Share:

Tuesday, November 11, 2014

I am not Alone

Jika pembaca adalah seorang profesional dan berniat menjadi seorang mahasiswa doktoral. Saya merasakan beberapa tantangan dan transisi yang bisa dijelaskan dari paper di tautan ini.

Paper itu membahas challenges transisi dari seorang profesional menjadi seorang PhD Student. Satu hal yang paling jelas, adalah kalau di perusahaan sebagai seorang profesional, kita adalah problem solver sedangkan di PhD itu kita adalah problem seeker. Berbeda, tapi sangat fundamental.

Btw, semoga paper ini bisa memberikan penjelasan.
Share:

PhD is a selfishness

Barusan ngobrol sama Senior gw yang mana adalah researcher di tempat gw ambil PhD sekarang.

Dan mulai kelihatan kenapa dan apa yang salah ama gw. Ternyata mindset gw belum menjadi seorang PhD atau researcher, tapi pikiran gw masih sebagai seorang engineer atau pekerja. Padahal PhD itu ya tentang riset lu sendiri.

Masih bingung? Jadi gini, gw berpikir kalau gw ini dikirim sama perusahaan gw, dan oleh karenanya gw harus menciptakan sesuatu untuk membantu perusahaan gw. Dan KPI gw itu ya keberhasilan sie tools yang gw buat. Tapi ternyata bukan itu. Keberhasilan riset yang bisa dipake sama perusahaan gw adalah sebuah bonus.

Padahal PhD itu punya KPI yang berbeda. Kasarnya gw bilang, kalau riset lu gak berhasil, tapi lu berhasil mendokumentasikan dan mencatat ketidak berhasilan lu itu, itu bisa jadi PhD yang valid. Dan itu yang lu sumbang untuk pengetahuan. Itu dia intinya.

Jadi bismillah dulu :)
In shaa Allah gw merubah mindset gw as a researcher dulu per hari ini, jam ini dan detiki ini. Bismillah..

Share:

Saturday, November 08, 2014

Selalu ada Jalan

Alhamdulillah....

Barusan baca QS.94 Alam-Nasyrah (Yang Melapangkan); di ayat kelima sama keenam ada kalimat mirip yang diulang.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا                                  (5

"Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan," – (QS.94:5)                   

6)                                                             إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
 "Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan." – (QS.94:6)                  


Jadi? walaupun kita punya masalah besar, tapi kita punya Allah Yang Maha Besar!

Bismillah....
Share:

Refleksi Hari ini

PhD itu adalah sebuah seni...
Bukan hanya belajar di universitas, tapi banyak sekali aspek yang bisa dijadikan pelajaran, untuk kehidupan masa mendatang. Bukan cuman akademis tapi juga norma, penghargaan, penghormatan, dan nilai-nilai kemanusiaan dan kepantasan.

Kenapa gw bisa ngomong gitu?
jadi gini, gw tahu kalau supervisor di sini adalah gak cuman pembimbing dalam akademis juga. Pembimbing di sini rupanya ditraining untuk bisa mengantarkan seseorang untuk terkualifikasi menjadi PhD. ya memang PhD memang sebuah kualifikasi akademis.

tapiiiii.....

Proses menuju PhD adalah sebuah pembelajaran bukan hanya sekedar menulis paper, mempublish jurnal, menjelaskan riset untuk panel, menulis thesis, ikut serta dalam konferensi, dan semua kegiatan ilmiah. Tapi di balik itu semua, banyak yang harus dijalani dan dihadapi di samping PhD itu sendiri; PhD itu bagi gw adalah sebuah komitmen hidup gw pribadi, yang mana komitmen pribadi itu menjadi bagian dari komitmen keluarga gw. PhD tidak hanya membentuk diri gw sendiri, tapi lingkungan keluarga pun terbentuk secara tidak langsung dengan gw mengambil PhD ini.

Kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan kehidupan akademis semuanya harus berjalan seiring dan searah untuk satu tujuan: VIVA Defense PHD. Itu adalah salah satu tolak ukur dalam kesuksesan di dalam bidang akademik. Yang menarik adalah, semua hal berperan dalam hal ini, mempertimbangkan masukan pembimbing, mempertimbangkan kemampuan pribadi, mempertimbangkan kebutuhan keluarga, mempertimbangkan masukan orang tua, juga mempertimbangkan masukan dari kawan atau kolega. Semuanya itu proses pemilahan dan pengolahan dari diri sendiri. Karena keputusan mau ambil yang mana dan ikuti masukan siapa adalah keputusan sendiri.

Mungkin ini yang disebut dengan 'pengkristalan'? yang gak cuma kemampuan analisis, tapi juga diimbangi dengan pertimbangan matang dan penerimaan konsekuensi dari segala keputusan yang ada.

Sebagai contoh, kita sudah beli tiket pesawat untuk pulang, dan kita sudah menentukan dengan keluarga kapan dan bagaimana rencana kita. Tapi ketika kenyataan ketika supervisor memberikan masukan lain? keputusan harus berkata lain, semua komitmen harus dirancang atau dipikirkan kembali. Uang? sudah pasti jadi pertimbangan. Waktu? sudah pasti, PhD? ya sudah pasti; keluarga? jelas itu; semua proses pemilahan dan keputusan itu adalah salah satu proses menuju pendewasaan? (mungkin?); Saya sendiri belum tahu, tapi yang pasti, sampai setahun ini saya banyak sekali mendapat pelajaran dan pengalaman yang berharga.

Dua tahun lagi untuk menjadi PhD. Bismillah. Wish me luck!
Share: