PhD itu adalah sebuah seni...
Bukan hanya belajar di universitas, tapi banyak sekali aspek yang bisa dijadikan pelajaran, untuk kehidupan masa mendatang. Bukan cuman akademis tapi juga norma, penghargaan, penghormatan, dan nilai-nilai kemanusiaan dan kepantasan.
Kenapa gw bisa ngomong gitu?
jadi gini, gw tahu kalau supervisor di sini adalah gak cuman pembimbing dalam akademis juga. Pembimbing di sini rupanya ditraining untuk bisa mengantarkan seseorang untuk terkualifikasi menjadi PhD. ya memang PhD memang sebuah kualifikasi akademis.
tapiiiii.....
Proses menuju PhD adalah sebuah pembelajaran bukan hanya sekedar menulis paper, mempublish jurnal, menjelaskan riset untuk panel, menulis thesis, ikut serta dalam konferensi, dan semua kegiatan ilmiah. Tapi di balik itu semua, banyak yang harus dijalani dan dihadapi di samping PhD itu sendiri; PhD itu bagi gw adalah sebuah komitmen hidup gw pribadi, yang mana komitmen pribadi itu menjadi bagian dari komitmen keluarga gw. PhD tidak hanya membentuk diri gw sendiri, tapi lingkungan keluarga pun terbentuk secara tidak langsung dengan gw mengambil PhD ini.
Kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan kehidupan akademis semuanya harus berjalan seiring dan searah untuk satu tujuan: VIVA Defense PHD. Itu adalah salah satu tolak ukur dalam kesuksesan di dalam bidang akademik. Yang menarik adalah, semua hal berperan dalam hal ini, mempertimbangkan masukan pembimbing, mempertimbangkan kemampuan pribadi, mempertimbangkan kebutuhan keluarga, mempertimbangkan masukan orang tua, juga mempertimbangkan masukan dari kawan atau kolega. Semuanya itu proses pemilahan dan pengolahan dari diri sendiri. Karena keputusan mau ambil yang mana dan ikuti masukan siapa adalah keputusan sendiri.
Mungkin ini yang disebut dengan 'pengkristalan'? yang gak cuma kemampuan analisis, tapi juga diimbangi dengan pertimbangan matang dan penerimaan konsekuensi dari segala keputusan yang ada.
Sebagai contoh, kita sudah beli tiket pesawat untuk pulang, dan kita sudah menentukan dengan keluarga kapan dan bagaimana rencana kita. Tapi ketika kenyataan ketika supervisor memberikan masukan lain? keputusan harus berkata lain, semua komitmen harus dirancang atau dipikirkan kembali. Uang? sudah pasti jadi pertimbangan. Waktu? sudah pasti, PhD? ya sudah pasti; keluarga? jelas itu; semua proses pemilahan dan keputusan itu adalah salah satu proses menuju pendewasaan? (mungkin?); Saya sendiri belum tahu, tapi yang pasti, sampai setahun ini saya banyak sekali mendapat pelajaran dan pengalaman yang berharga.
Dua tahun lagi untuk menjadi PhD. Bismillah. Wish me luck!