Thursday, July 30, 2015

MisCommunication

Jadi ingat beberapa waktu lalu baca mengenai pedoman melaksanakan PhD di sini. Di situ ada beberapa status dan deskripsi penjelasan mengenai penilaian terhadap review.

Ada satu detail yang menarik di mana -nilai gw di bawah satisfactor- dijelaskan adanya poin di mana belum adanya ketersambungan antara supervisor dengan anak didiknya. Nah ini dia yang belum bisa nyambung. Komunikasi gw antara supervisor dan gw belum nyambung. Kadang gw, malah sering mungkin belum mengerti sama apa yang dikatakan sama supervisor gw. Ya kasarnya gini, gimana supervisor gw mau mengerti padahal gw sendiri belum mengerti dan belum yakin sama yang gw akan kerjakan. hahaha. Maafkan saya para supervisors.

Memang bingung bin ragu, sama apa yang bakal saya kerjain, yang ada malah jadi kesannya gw kayak 'yes' man. Mengikuti semua yang pembimbing mau, ini yang mungkin bikin kesel pembimbing kali ya? Parahnya lagi di setiap pertemuan gw selalu mengiyakan apa yang dikatakan supervisor, padahal kan gw masih belum yakin betul sama itu. Dan ada kalanya saking menghormati supervisor itu gw bilang aja iya, padahal sebenarnya gw tahu kalau apa yang diusulin supervisor itu sudah dilaksanakan dan sudah terjadi dan tidak bisa dijadikan riset lagi menurut gw.

Ada satu lagi pelajaran yang berharga bagi gw, mungkin karena gw kerja di marketing dan selalu 'iya' sama customer. dan udah biasa dimarahin dan dimaki sama customer, tapi gw tetap iya dan tetap gw kerjakan apa yang customer mau, semampu dan sekuat gw. Nah salahnya ini diaplikasikan ke riset, yah gak akan nyambung. Karena gw biasa menghadapi dan melayani customer, yang ada seakan gw sekarang malah mencari customer. customer di sini mencari teman ngobrol dan teman diskusi kemudian gw menerima semua masukan mereka dan gw jalanin. Alhasil, wassalaam. Riset ini kan gak semua orang tahu, cuman supervisor ama gw yang tahu ke depannya seperti apa dan sudah sejauh mana fondasinya. Justru dengan banyak masukan ini, dan informasi dari berbagai arah yang malah bikin gw goyah. Ini gak lain karena kurangnya pede dan gak percaya kalau riset gw ini bakal bisa dan punya tempat di dunia pengetahuan.

Ya, gw juga baru ngerti kenapa riset ini dianggap seperti bayi sendiri. Riset ini akan berkembang seiring dengan kita kasih makan, kita rawat, kita sayangi, persis kalau punya bayi. Kurang lebih begitu apa yang dikasihtau sama mentor gw yang di Belanda. Akhirnya gw mengerti.

Dan jangan kuatir salah atau takut gak sempurna, karena riset itu akan selalu berkembang. Gak ada riset yang sempurna, makanya ada scope atau limitations. Ditambah ada further works, itu yang mencirikan masih banyak pengembangan yang bisa dilaksanakan dari satu topik judul riset. Kutang lebih pengertian gw seperti itu.

So, be aware, semoga kesalahan ini bisa jadi pengalaman yang bermanfaat bagi yang baca dan juga pastinya bagi gw. Ammiinn.
Share: