Friday, August 21, 2015

Bangun Malam

Alhamdulillah...

sudah mulai bisa bangun pagi dan sholat. Sudah beberapa hari ini, bangun sekitar jam 3 tapi yang ada malah tidur lagi, atau ditunda sampai akhirnya gak sholat malah.

Sekarang sedang mencoba untuk hidup lebih teratur. Tidur lebih awal, bangun lebih pagi, beres-beres rumah, olahraga, ke kantor badan akan lebih fresh. Kemudian akhirnya di kantor bisa konsen. Karena pikiran tenang, merasa kalau di rumah semua under control. Sebaliknya juga begitu, kalau di kantor kalau mau pulang selalu tutup laptop, beresin meja, rapihin alat tulis, pokoknya tinggalin semuanya dalam keadaan serapih mungkin.

Dengan cara ini, fokus management bisa dilatih. Dapat rahasia ini dari counsellor. Jadi membuat sebuah kegiatan sebagai simbolis sebuah penutupan dari sebuah kegiatan. Jadi dibagi menjadi kegiatan rumah dan kegiatan kantor. Hal ini bagus juga sebenernya, resource yang ada di pikiran itu akan bisa lebih mudah untuk dimanage dan dioptimalkan untuk bisa lebih optimal.

Ditambah kemarin nemu blog mengenai deep habit dari cal newton, ini dapat dari browsing, jadi ada teman Indonesia pakai metoda deep habit untuk menjadikan hidup lebih berkualitas. Dari mulai bikin weekly goal sampai detail outcome per jam. Ini yang kemarin kayaknya kurang untuk dipraktekkan, jadi yang ada kayak orang pekerja aja. Kerja terus, kerja keras tapi gak smart, yang ada malah kayak lingkaran yang tiada kunjung berhenti. Jadi bekerja dengan smart, menambah skill untuk memanage sebaik mungkin pekerjaan kita. Jadi diawali dengan tujuan untuk membuat goal mingguan, tapi sebelumnya ketahuan apa dulu yang bakal dicapai atau akan dihadapi. Dari situ, put backward ke waktu kita sekarang, sebenarnya supervisor pertama beberapa kali bilang hal ini, tapi karena sekarang baru 'ngeh' betul apa artinya itu, ya sudah lah ya, dijalaninya mulai sekarang. Dari situ ketemu target mingguan yang kira-kira masuk akal. dari target mingguan akan dapat target harian, dari target harian ini bikin block time apa yang bakal dikerjakan dan output apa aja yang akan dicapai dan jelas dari pukul berapa sampai pukul berapa. Jangan segan untuk menstrecth, baik men'stretch' waktunya kalau outcomenya belum terpenuhi, atau malah men'strecth' pekerjaan untuk dapat outcome yang lebih baik dari target bila waktu yang direncanakan masih berlebih. In shaa Allah pekerjaan akan lebih terarah dan jelas outputnya. Output yang jelas ini otomatis akan menambah kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang tinggi akan memberikan ketenangan, dan ketenangan akan memberikan kualitas pekerjaan yang lebih baik. In shaa Allah

di samping itu, kepercayaan diri sudah mulai terlihat lagi karena kemarin sudah ngobrol dan diberikan arahan 'lagi' sama supervisor. Kemarin minta sesi khusus untuk mencurahkan isi hati, dan alhamdulillah bisa lebih terbuka ke beliau. Dengan menunjukkan kesungguhan dan pekerjaan kita yang sudah dilakukan. Intinya ada output yang jelas, 'tulisan'; apapun yang didapat dalam waktu seminggu itu. Semakin kita memberikan banyak akan diberikan banyak juga oleh supervisor. Jadi bekerja bisa lebih keras lagi, target sekarang beresin draft report ditambah sama menguasai software witness. Juga cari justifikasi kenapa melaksanakan simulasi untuk research ini. Bismillah, semuanya dimulai dari dikit demi sedikit, the process needs time.

Alhamdulillah PhD sudah mulai terlihat titik terang, tinggal gimana memolesnya untuk bisa lebih baik dan dapat bernilai PhD. Salah satu target gimana caranya dapat outstanding dissertation award, amin. Sudah mulai bisa bermimpi dan menaroh harapan setinggi mungkin. Siapa tahu in shaa Allah akan tercapai dan berhasil. AAAmmiiinnnn


Share:

Monday, August 10, 2015

Disiplin

Dari sejak beberapa waktu lalu masih mencari bentuk kerja yang sesuai dengan diri sendiri, apalagi memang program doktoral ini gak pake kurikulum, silabus pun bikin sendiri.

Sampai akhirnya membuat sebuah jadwal untuk diri sendiri dengan target kerja sebanyak 56 jam per minggu nya. Mohon maaf kalau memang mengorbankan waktu untuk keluarga. Nambah sejam pulang lebih telat jadi jam 7, ya karena memang banyak yang harus dikejar. Tambah lagi rasanya jauh sama anak istri itu berasa banget. Apalagi anak pas lagi lucu-lucunya, sudah mulai bisa komunikasi, manggil-manggil daddy-daddy.

Minggu lalu dicoba untuk kerja full dari rumah, tapi ternyata gw nya yang belum bisa managing focus dengan baik. Kalau di rumah kita yang ngikutin jadwalnya anak, ya bisa bantu istri jaga anak kalau istri lagi masak. Dan baru bisa kerja kalau si anak makan atau tidur, yang mana kurang lebih sehari dua kali tidur (dua jam) dan tiga kali makan. Kalau makannya di bawah dapat tambahan kerja dua-tiga jam. Kalau makannya di atas, ya beda lagi. Kan anak sudah ada maunya, maunya makan di atas, ya bakalan ke atas. hehehe. lucu memang

Tapi ya itu konsekuensi hidup bukan, keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Kalau dulu mungkin belum nikah atau belum punya anak, bisa full mikirin diri sendiri dan apa yang mau dikerjain. Kalau sudah nikah dan punya anak, skill nya nambah jadi untuk develop focus management. Time management dari dulu sudah mulai bisa buat jadwal harian menyesuaikan dengan kelas, ditambah dengan kewajiban kerja part time. Sekarang time management kita sendiri yang bikin, semau kita, dan satu lagi riset itu bisa berkembang. Jadi kalau riset dijalanin terus ya bisa juga, but, gw gak bisa gitu. Gw cenderung 'people' man, seneng ngobrol sama orang, bersosialisasi, tapi karena sekarang terbatas ya gw main aja ama anak istri. hehehe.

Jadi, pilihan yang gw jalani sekarang, dan mulai besok in shaa Allah bakal lebih disiplin jam 8 berangkat sampai jam 7 (10 jam kerja dan 1 jam istirahat) untuk mengejar ketertinggalan. Ngebut but. Ini pilihan, karena gw yakin pamitnya gw ama anak istri, akan jadi doa buat keluarga gw untuk bisa mendapat kehidupan yang lebih baik. Menuntut ilmu sama dengan berjuang di jalan-Nya (pernah baca blog temen). Dan dadah nya anak sama istri jadi doa juga buat kemudahan dan kelancaran gw untuk bekerja dan belajar. In shaa Allah. Aamiin.

Mohon doanya, i will do and keep to reach the best of me :)

Bismillah
Share:

Inspirasi dan Komitmen

Ngomongin cita-cita sudah
lanjut ke planning dan rencana yang harus disiapkan untuk bangun cita-cita/ impian..

Sekarang adalah kekonsistenan yang harus dijaga, atau malah ditingkatkan. Memang banyak sekali godaan dan rintangan, terlebih lagi kalau program doktor ini semuanya bergantung kepada self-independent learning. Di mana silabusnya gak ada dan kita semua yang harus merencanakan, masih ada kelebihannya, yaitu kita punya supervisor atau pembimbing yang bisa ajak bicara.

Hari ini rasanya badan capek semua, literally bener-bener capek. Kurang semangat mau ngapa2in, ini dipaksa untuk duduk di depan komputer sambil ngeblog, siapa tahu ngeblog ini adalah salah satu pelampiasan kebuntuan di pikiran. Kalau pengurang stress sudah ada anak dan istri yang bisa diajak main atau ketawa-ketawa. Ngeliatin anak aja udah seneng banget rasanya.

Tapi kewajiban juga ada di amanah untuk jadi PhD. So wish me luck please. Berjuang teruss.

Here goes nothing.
Share:

Saturday, August 08, 2015

Planning

Kemarin aja baru dengerin ceramah jumat. Bagus sekali khutbahnya, bahasa Inggrisnya jelas didengar dan dapat dimengerti dari intonasi dan pemilihan kata yang bagus. Sistematis. Kayaknya khutbah terbaik sampai saat ini.

Oh ya, kemarin ada satu topik yang menarik di mana kita punya cita-cita, kita punya kemauan, kita mau masuk surga. Tapi kita gak ada planning, kadang kita terlalu takut atau malas untuk planning. Mungkin itu ya yang bikin seseorang gak ke mana-mana, karena gak ada planning yang jelas. Padahal planning kayak sebuah rel untuk mengantar ke tujuan. Gitu katanya.

Bener juga sie, tapi ada hal menarik lagi kalau mengingat kata mentor di Kantor. Yaitu, ngikutin aja, kayak air mengalir. Nah filosofinya ini menarik, kalau ini tipe filosofi jawa kayaknya. Tapi yang jelas saya yakin di situ ada keinginan atau cita-cita, tapi tetep kayak air, proaktif dan sabar jalanin aja kalau memang ternyata rencananya gak sesuai keinginan. Mungkin ibarat air, tujuannya ngalir ke kiri, tapi ini malah ke kanan, jadi ya ikutin aja sambil terus mengalir.

jadi planning itu akan terus berkembang dan bertumbuh sesuai kebutuhannya. Ini juga yang jadi dasar kenapa banyak thesis disertasi itu memberikan judul ke beberapa chapternya dengan tambahan 'development' di awalnya. Development of research programme, development of research aim and objectives, dll; Karena sebuah penelitian bisa terus berkembang dan bertumbuh sesuai dengan keadaan atau penemuan baru, jadi yang penting semangat terus, kerja terus, kayak kerja kantoran tapi ini untuk riset. Semoga bisa lebih tekun dan lebih giat lagi. Aaamiin.

Jadi bisa diambil kesimpulan kemarin kalau perencanaan itu perlu, tapi juga harus fleksibel sama perencanaan itu. Disesuaikan dengan keadaan, ya tetep komitmen dan teguh aja. Bismillah.

Share:

Friday, August 07, 2015

Kamu Gak usah Kerja, Belajar aja

Masih ingat apa yang dikatakan sama mentor gw di kantor waktu itu. Mungkin waktu itu karena gw belum mengerti apa maksud beliau. Memang untuk orang-orang teknik di lapangan, menyampaikan suatu pendapat kadang straightforward dengan pemaknaan yang bisa berbeda-beda oleh lawan bicaranya.

Terus terang rasanya masih kesel sama sedih kalalu inget hal itu. Tapi akhirnya sekarang gw mengerti, ya memang perlu ada orang untuk bisa belajar terus dalam organisasi, jadi bukan maksudnya tidak perlu kerja. Tapi ya kerjanya belajar, belajar untuk mencari sebuah permasalahan dari organisasi tempat bekerja dan kemudian belajar juga untuk mencari solusinya. Itu semua kan proses belajar. Jadi belajarnya itu sebuah pekerjaan.

Gw bakal sangat berterima kasih sekali sama beliau karena banyak ilmu yang beliau sampaikan. Semoga nanti setelah gw jadi PhD nanti, skill riset gw bisa lebih baik dan berkembang. Nanti kalau misalnya gw punya wewenang di dalam organisasi, perlu juga rekrut orang-orang dengan keahlian riset, tujuannya ya itu tadi untuk mencari permasalahan dari organisasi dan mencari solusinya, bukan menyelesaikan masalah itu saja, tapi lebih ke arah mencari jalan untuk bisa membantu pengambil keputusan dalam menjalankan tugasnya. Jadi bukan langsung menjadi problem solver, tapi problem seeker. akar permasalahan dan pencapaian untuk membuat sebuah metoda penyelesaiannya. Metodanya diharapkan bisa dipakai oleh semua orang.

jadi, semangat lagi buat ngerjain PhD ini, biar gw bisa berbuat lebih juga. Semoga bisa tiap tahun pas udah mulai kerja lagi gw bisa publish sebuah paper untuk jurnal profesional. Kayak senior gw yang ada di Nottingham. Aamiiinn.. Biar skill riset ini bisa terpakai terus dan terus berkembang.

Jadi ya kerja gw ya belajar untuk bisa membantu perusahaan. Butuh waktu memang dan investasi yang tidak sedikit. Tapi memang daripada investasi lebih ke arah konsultan, mungkin bisa bikin sarana konsultansi dari dalam perusahaan sendiri, ya dengan lebih mengenal perusahaan itu sendiri, mungkin bisa lebih tepat sasaran solusi yang akan diberikan?

Share:

Insomnia

Dua hari ini berturut-turut badminton. Memang hari kedua ini rasanya badan luar biasa.

Sempat tidur sebentar, sampai akhirnya kebangun pas anak juga kebangun. Lama main ipad, belum bisa tidur juga, sambil mikirin apa yang bisa gw perbuat untuk menuhin kriteria PhD.

Bangun, buka laptop sambil nyoret-nyoret di buku mengenai ide dan hipotesa. Lebih ke arah bikin outline untuk bisa berpikir garis besarnya dulu. Memang masih banyak bolongnya kalau membandingkan sama thesis yang pembimbingnya sama. Tapi dari itu bisa kebayang mau ke arah mana dan tujuannya pun dirumuskan dulu. Memang kesan awalnya sekedar hipotesa, tapi dengan tahu atau ada bayangan mengenai tujuan akhir dan gambaran besar si thesis akan seperti apa jadinya tahu di mana bolongnya dan kurangnya.

Mungkin ini cara belajar yang paling efektif buat gw kali ya, dengan melihat apa yang sudah dikerjakan dulu untuk kemudian dikembangkan. Nah dari apa yang gw perbuat tadi, setidaknya bisa gw jadiin referensi untuk pekerjaan gw selanjut-selanjutnya. Nanti misalnya jadi RnD di perusahaan tempat gw kerja bakalan jadi bahan referensi juga kerjaan gw PhD ini. Memang untuk bikin yang pertama ini mungkin akan sulit awalnya, tapi biasanya setelah yang awal selesai, kedua, ketiga dan seterusnya sudah mulai kebayang.

Terus terang, sudah lama sekali gw gak buat atau nulis karya ilmiah. Lebih banyak ke arah nulis blog atau pengalaman kayak gini. Nulis pengalaman sendiri atau pikiran sendiri itu lebih gampang, karena berdasar dari apa yang sudah dijalani diri sendiri. Kalau untuk menulis ilmiah ditambah lagi dengan support data dan dokumen pendukung yang baik, which is butuh effort besar buat gw.

Let's see, menulis karangan ilmiah sekitar 5 tahun lalu untuk disertasi master. Jadi sekarang, sudah ketemu dikit-dikit bagaimana cara belajar gw, tetap semangat dan tetap bekerja. Bismillah..
Share:

Thursday, August 06, 2015

Challenger

Jadi inget dulu ada dua group pekerja di tempat kerja di restoran, contender dan pl**ker. hahaha.

Kalau kerja lu bagus itungannya itu contender dan sebaliknya.

Satu lagi yang menarik, waktu itu pernah pas bimbingan gw sama supervisor gw. Gw minta maaf kalau gw under performance, dan gw berjanji bakal terus berusaha dan bekerja semaksimal mungkin. Itu yang bikin gw selalu datang setiap minggu untuk ketemu para supervisor, karena gw tahu gw masih jauh dari baik dan gw pengen dapat arahan dari mereka untuk bisa lebih baik.

Suatu ketika, gw benar-benar minta maaf dan mungkin muka gw kayak sedih gitu kali ya. Bingung mungkin gw nya, sama sedih. Tapi ada satu kata yang bikin gw jadi semangat lagi dan terus bekerja keras lagi. Yaitu, waktu dia bilang, kurang lebih begini, bagi kami kau adalah seorang challenger, tantangan bagi kami bagaimana kita bisa bawa kamu lulus dan jadi PhD yang baik. Waaawww, makin dah gw hormat sama beliau-beliau ini. Gw yang merasa minder, merasa paling gak tahu apa-apa dan merasa paling bodoh, tapi mereka melihat diri gw dari perspektif yang lain.

Mungkin adalah cara mereka yang berbeda-beda dan bikin gw kaget untuk beberapa hal. Tapi itulah seninya, perbedaan culture dan perbedaan pemikiran ditambah banyak hal baru untuk seseorang yang baru datang ke sini. Semua bisa memaklumi, dan yang penting dari diri gw sendiri untuk mau berubah dan berusaha.

Jadi lah gw ingin terus berusaha, gw gak mau menyesal karena gw merasa belum melakukan apa-apa nanti. So, wish me luck to become the best challenger. Aaamiinn.

Share:

Wednesday, August 05, 2015

Contribution

Kata kunci ini yang sering banget didenger kalau bimbingan.

Kontribusi apa yang bisa ditawarkan untuk pengetahuan. Kalau aplikasi mungkin sudah bisa dipakai atau terlihat jelas. Nah ini kontribusi apa yang bisa dipakai untuk dijadikan sebuah teori, called Wibowo theory maybe? In shaa Allah.

Dari sini lah menariknya, begitu sudah tahu ada orang yang telah mengerjakan apa yang rencananya tadi kita kerjakan, jadi lah sebuah tantangan yang menarik. Okey kalau bisa menambahkan atau mencari celah di dalamnya, atau yang disebut lahan penelitian orang itu. Tapi itu pun harus besar kontribusi yang gw kerjakan, bukan hanya sekedar untuk menambahkan kontribusi sekedar kontribusi tapi benar-benar yang cukup besar.

Jadi Bismillah, kita coba dulu kerjakan dan cari peluang untuk bisa memberikan kontribusi yang cukup besar untuk dijadikan PhD. aaamiinnn :)

wish me luck please
Share:

Prestasi dan Sikap Positif

Bismillah...

Beberapa waktu lalu dapat kabar mengenai seorang teman yang dapat penghargaan dengan thesis terbaik di bidangnya, se-UK. Luar biasa memang.

Terus terang ada rasa iri, dan rasa ingin merasakan hal yang sama. Sampai akhirnya menemukan jawabannya, begitu dikirim cerita mengenai Menteri Perminyakan Arab Saudi. Pagi tadi dikirim sama Papa. Ceritanya menarik, yaitu menarik kesimpulan bahwa sikap positif lah yang bisa menerima dan mengubah sesuatu yang di bawah menjadi di atas.

Mungkin itu ya, mengubah mindset, menjadi lebih positif untuk bisa berprestasi dan juga menjadikan sebuah hinaan, atau cercaan menjadi sebuah pendorong untuk lebih semangat dan lebih bekerja keras. Kadang memang, kebangaan atau pride diri sendiri yang dirasa lebih tinggi dibanding apa pun, akhirnya begitu merasa melakukan kesalahan, pride itu menjadi sebuah bomerang bagi diri kira keseluruhan. Sekali lagi, perpsektif untuk melihat sesuatu memang diperlukan untuk dapat berbuat lebih.

Jadi apa bedanya antara teman gw, menteri tadi sama gw? yang pasti cuman satu, kerja kerasnya. Mungkin memang saat ini gw harus kerja lebih keras dan lebih disiplin lagi. Memang banyak godaan untuk main sama anak, lebih senang di rumah dekat sama anak sama istri, tapi ya PhD ini juga untuk masa depan, bukan masa depan gw sendiri tapi masa depan mereka juga. Gw berharap jalan PhD ini menjadi sebuah jalan untuk bisa berbuat lebih baik untuk gw dan keluarga.

So, wish me luck please. Saatnya bekerja lebih keras dan lebih giat. Bismillah..
Share:

Tuesday, August 04, 2015

Today's Meeting

Alhamdulillah barusan ketemu sama supervisor pertama.

So far so good. Dapat banyak masukan dan pelajaran. Sekarang mulai mencari pemecahan dari masalah yang sudah didapat. Sampai ketemu satu keyword. Apakah ino scheduling tools.

Jadi mencoba mensimulasikan untuk beberapa engines/fleet sekaligus. Melihat jadwalnya, apakah mungkin bisa jadi scheduling tools. Itu first thing to do.

Selanjutnya adalah gimana memposisikan apa yang bakal gw kerjain untuk jadi PhD. Nah itu menariknya, dan itu tantangannya. Kontribusi ke knowledgenya gimana. Apa coba bikin ke productisation? Enabling the productisation? Let's see.

Share:

Look Back!

Ada satu lagi kelemahan gw yang gw akui sangat menganggu dan harus banget gw rubah perspektif gw.

Sebagai seorang perfectionist gw melihat segala sesuatu yang gw kerjain gak ada bagus-bagusnya. Gw gak ada pede-pedenya sama apa yang udah gw kerjain, kadang bahkan mau ngerjain thesis aja gak pedenya masih ada.

Contoh kasus adalah gw selalu menyesali apa yang gak gw lakukan. Dulu gw curhat sama upline gw masalah kurang sempurnanya presentasi gw. Gw yang melihat itu sendiri, dan kekurangan itu gw yang merasakan sendiri, padahal belum tentu orang lain menilai. Satu lagi, gw gak pernah lihat apa yang udah gw kerjakan terhadap report gw sebelumnya, padahal banyak informasinya di situ. Ada beberapa hal apa karena gw gak yakin sama apa yang gw kerjakan, atau emang gw belum mau menerima kalau memang gw masih banyak kurangnya. Itu yang jadi peer buat gw, mengakui kalau gw masih ada kurang dan yang penting adalah mau dan mencari jalan untuk memperbaiki itu.

Gak ada semua yang instan kan? Mungkin ini ada pengaruh dari lingkungan juga waktu gw bertumbuh, ini gw baru baca dari buku 'parenting without borders', kadang kala kepercayaan diri gw, self esteem gw di masa lalu menyebabkan gw gak mau berbuat lebih. Jadi bener juga kata pembimbing gw, jadi seakan gw cepet puas. Nah ini yang jadi peer buat gw, gw harus terus mempush diri gw sendiri untuk bisa lebih maju dan lebih baik lagi ke depannya.

Bismillah... wish me luck please  :)
Share:

Managing Focus

Mencoba menjalani apa yang counsellor sarankan, mengenai managing focus, living at present. Jadi maksudnya adalah fokus dengan saat ini apa yang dirasakan, fokus dengan apa yang dilihat, didengar dan dihirup per saat ini per detik ini.

Paling gampang adalah waktu menikmati waktu dan fokus ketika main sama anak. Mencium bau rambutnya, elus kepalanya, raba kulitnya, dan sambil mendoakan. Menikmati dan fokus terhadap setiap detik sama anak, sambil berdoa dan berterima kasih kepada Yang Maha Memberi. Cuman yang Di Atas sanalah yang bisa menyebabkan semuanya terjadi.

Ditambah mencoba ikhlas sama apa yang dihadapi dan dijalani. Lakukan saja walaupun berat, menikmati masa ketika menghadapi semua tantangan yang datang dalam hidup.

So.. Bismillah :)
Share:

Family Time

Beberapa lalu waktu bilang, kalau udah berkeluarga, dunia akan terlihat berbeda.

Ada benernya, berbeda dalam arti yang lebih positif. Gw belum tahu dan belum kebayang seperti apa sampai gw membangun rumah tangga sendiri, punya anak, membangun karier, semuanya benar-benar berbeda dan tantangan yang dilihat di luar jadi sangat berbeda.

Mungkin dulu waktu masih belum berkeluarga, melihat segala sesuatu dari dalam diri sendiri, cenderung grasak-grusuk, pertimbangan yang sangat dangkal dan cenderung singkat untuk memutuskan sesuatu. Dan i was happy with it. Tapi ternyata masih banyak yang harus diperbaiki. Khususnya ketika punya anak.

Entah bagaimana, anak menyerap dan meniru semua perbuatan yang kita lakukan, dari hal terkecil di kehidupan sehari-hari. Itu yang menjadi pengingat dan penjaga, untuk lebih berhati dalam berucap, berbuat dan bertindak sesuatu. Sang anak hampir bisa menirukan semua yang kita lakukan. Jadi bisa lebih berhati-hati, padahal dulu sering kali ledek-ledekan atau bikin joke-joke yang agak cenderung kasar.

Turn pointnya adalah ketika Arka lahir, Arka sempat di rumah sakit beberapa hari karena jaundice. Di situ ada perasaan bingung, takut, juga kuatir. Melihat semuanya sebelumnya kayak lancar dan sempurna, mulus, dari mulai persiapan pernikahan, diterima beasiswa LPDP, diterima di Cranfield, dapat pembimbing yang sesuai dengan interest, sampai ndak lama setelah menikah istri hamil. Alhamdulillah, luar biasa sekali nikmat dan perjalanan yang mulus itu. Perasaan waktu itu seperti, you know, kayak bisa megang dunia. Ya mungkin sempat merasa sombong dan tinggi hati kali ya. Sampai mungkin disadarkan begitu Arka lahir. Luar biasa rasanya, kenikmatan dan perasaan menjadi seorang ayah, luar biasa. Sampai sekarang masih ingat gimana prosesnya kelahiran Arka, proses persalinan, sampai pertama kali ngeliat dia pertama kali, dengar suara tangisannya pertama kali. Luar biasaaa. Senangnya gak bisa diungkapkan, like it is the best thing yang pernah saya alami.

Memang tahun lalu adalah tahun yang luar biasa, i feel that i am on my lowest point that time. Arka dan istri harus stay di rumah sakit. dan beberapa bulan berikutnya kita masih belajar dan berjuang untuk bisa ngejar target berat badan Arka. Jauh dari keluarga, beda lingkungan dan semua hal baru yang dialami dan dihadapi. Itu yang menjadi sebuah pembelajaran yang berharga. Waktu itu keluarga yang utama, sampai riset pun lupa, mungkin merasa overwhelmed dengan keadaan yang ada, baru mulai menjadi mahasiswa PhD, menjadi ketua ISIC waktu itu. Semuanya seperti datang di saat yang bersamaan. Tapi memang banyak pelajaran yang didapat.Menjadi lebih dewasa? semoga.
Share:

Monday, August 03, 2015

Maju Terus

Jadi inget beberapa waktu lalu ke panic attack, ya begitu tahu kalau selang empat bulan harus sudah submit untuk annual review pertama, which is sangat mepet. Ditambah kebelum pahaman waktu itu, luar biasa rasanya.

Tapi alhamdulilalh semua sudah dilewati dan hal itu yang bikin gw sampai di sini. Memang ada plus minusnya, penyesalan, pengandaian, semua pasti ada, tapi dengan itu semua kita maju ke depan ya kan. Kalau ndak gitu ya gimana, memang saya akui kalau ini jalan yang harus dilalui. Tantangannya dan rintangannya seperti itu, baiklah kalau begitu kita mencoba saja untuk jalan terus.

Bismillah
Share:

Sunday, August 02, 2015

Perseverance

Baru baca buku "Parenting without Borders", di section raising children, di mana si penulis mengkomparasikan antara kebudayaan di Amerika dengan di Asia Timur (Jepang). Jadi kalau di Amerika, cultural view nya adalah melihat sebuah kepintaran itu adalha sebuah gift, pemberian sejak lahir. Beda dengan di Jepang, di Jepang kepintaran, keahlian dan kesuksesan itu bisa dicapai oleh semua orang dengan kerja keras dan effort yang maksimal. Dan ternyata inilah kata kunci 'kesuksesan' dari philosophy pengajaran anak di Jepang.

Apa itu perseverance? based on the persevere, diambil dari google:

per·se·vere
ˌpərsəˈvir/
verb
verb: persevere; 3rd person present: perseveres; past tense: persevered; past participle: persevered; gerund or present participle: persevering
continue in a course of action even in the face of difficulty or with little or no prospect of success.

"his family persevered with his treatment"

synonyms:
persist, continue, carry on, go on, keep on, keep going, struggle on, hammer away, be persistent, be determined, see/follow something through, keep at it, press on/ahead, not take no for an answer, be tenacious, stand one's ground, stand fast/firm, hold on, go the distance, stay the course, plod on, stop at nothing, leave no stone unturned.
Jadi sekarang kayaknya tahu, kenapa berkali-kali Pak supervisor gw bilang, kalau PhD itu gak perlu pintar. Ternyata jawabannya adalah ini, ini kata kunci nya "perseverance". Siapa yang bekerja keras dan terus komit dengan kerja kerasnya itu, maka dia bakal dapat apa yang didapatkan. Bismillah..

Dan gw bersyukur sama supervisor gw yang masih mendukung dan mensupport gw, karena mereka masih punya keyakinan kalau gw bisa.

In shaa Allah, terus berusaha dan bekerja. Wish me luck please..

Share:

Andai Saja

Kalau bisa mengulang lagi ke dua tahun lalu sebelum memulai PhD. Pengen rasanya belajar banyak sama orang yang sudah PhD duluan. Sempat mengobrol sama semua orang PhD yang ada di kantor. Ya, ada tiga otang PhD secara total di tempat gw kerja.

Sayangnya gak detail nanya sama mereka. Sayangnya saya kayak menganggap biasa PhD ini. Dan memang mungkin PhD berbeda pendekatannya di beberapa negara.

Tapi justru ini tantangannya, mungkin waktu itu kalau nanya-nanya juga gak bakal ngerti terlalu dalam. So let be it. Bismillah, kejar terus kerjakan secara optimal dan maksimal. In shaa Allah ada jalan dan ada jalan keluar.

Bismillah

Share:

Saturday, August 01, 2015

Saturday

Hari Sabtu itu hari yang istimewa menurut gw.

Karena di hari ini gw sengajain untuk aktifitas sama keluarga. Kebanyakan hari sabtu waktu untuk di rumah, di mana seminggu sudah full ke kantor dan fokus ke riset. Enaknya punya keluarga gitu, kalau mumet di kantor ama riset, pulang ke rumah lihat anak wah kayaknya capek ilang. Jadi fokus sama keluarga dan bener-bener hiburan yang paling gampang dan menyenangkan. Dan kadang gw ajak jalan juga keluarga hari Sabtu sorenya, bergantung kondisi cuaca tentunya.

Sekarang yang jadi tantangan adalah belajar untuk manajemen fokus, kadang harus fokus ama riset malah fokusnya ke rumah, sebaliknya begitu harusnya fokus main sama anak malah mikirin riset. Hal ini yang perlu dipelajari. Counsellor gw bakal ngajarin hal ini di pertemuan berikutnya. Sesi latihan untuk manajemen fokus, waktu itu pernah dibilang juga sama Pak Emir mengenai hal ini, manajemen fokus. Katanya kalau bisa manajemen fokus, di mana semua resource di saat yang kita inginkan bisa difokuskan untuk satu hal saja, wah akan luar biasa sekali outputnya. Tapi memang butuh kedisiplinan yang tinggi dan baik.

Managing fokus, nanti gw bakal cerita begitu sudah dilatih sama counsellor. In shaa Allah :)
Share: