Wednesday, December 09, 2015

Serba Salah (bukan lagu Raisa*)

Pernah di posisi yang bingung? gak tahu mau ngapain atau gak tahu harus mulai dari mana karena ternyata yang selama ini dikerjain 'kurang bagus' atau mungkin 'salah'. Mak jang, itu yang terjadi,

Dicari penyebabnya dulu, ibaratnya break dulu, keluar dulu dari zona itu. Lihat dari perspektif yang berbeda, dan lihat apa yang salah? dan bagaimana memperbaikinya? mau lihat orang lain bagaimana menghadapinya? maaf, you are on your own. Setiap orang punya kemampuan unik masing-masing. Dari sini kita sendiri yang harus mampu untuk melihat dan mengambil peluang, bagaimana untuk menyelesaikan hal itu? Cara satu gagal? cari cara lain, cara dua gagal, cari cara lain, gitu terrruusss.

Terus terang masih belajar untuk kembali bangkit sebenernya. Selama ini soalnya udah berapa cara ya sudah dicoba? kayaknya salah mulu. Dan mungkin memang harus membiasakan diri untuk mereward diri sendiri, karena kalau di riset gini kayaknya lebih ke arah individual masing-masing. Di mana gak proses rewarding dari luar atau ada tapi jarang. Jadi yang mempersiapkan diri sendiri itu ya kita, menyiapkan punishment dan reward diri kita sendiri.

Tapi balik lagi, bagaimana parameternya mana yang untuk reward dan mana yang untuk punishment? standarnya siapa? ya balik lagi, itu standarnya kita sendiri lha, Karena riset itu ya riset kita, hasil pikiran ya pikiran kita dan yang pasti nanti outputnya ya output kita sendiri.

Kembali lagi ke kesiapan mental kita lagi.
Share:

Menulis

Pernah merasakan sebuah kepenatan yang luar biasa?

Ya, gw sering kali ngerasain hal itu. Gw sering bingung bagaimana untuk coba ceritain ke orang lain mengenai kepenatan itu. Beberapa kali gw ya akhirnya curhat ke istri. Tapi gw rasa pengorbanan istri sudah luar biasa dan sudah banyak yang dipikirkan untuk. Akhirnya sering gw telen sendiri, yang ada malah kayak stress gitu diri gw. Yang ada pencernaan gak beres.

Akhirnya salah satu pelampiasan yang gw lakuin, selain cerita, yang paling enak adalah menulis. Menulis itu ibarat terapi psikologis buat diri gw sendiri. Ditambah menulis di blog umum seperti ini, gimana caranya supaya gw bisa membuat orang yang membaca, melihat dari sisi positifnya. Jadi dengan menulis di blog ini, gw ditantang dan dipaksa untuk menulis segala sesuatunya untuk menjadi lebih positif.

Kalau keluh kesah kan negatif terus bawaannya pan. Yang ada masuk ke dalam pikiran, tekanan darah tinggi meningkat, ini gw ngerasa teng-teng-teng, tegang di leher bagian belakang. Gawat juga nie. Kadang juga suka terharu waktu lagi sendiri atau ibadah, atau kayak sekarang, bangun tengah malah, nulis ngalor ngidul. Ya itu, buat ngilangin stress juga sebenernya.

Mau nyanyi? gw malah bisa tambah stress dengerin suara gw sendiri buat nyanyi. Mau main musik? udah malem nanti tetangga bangun? mau main sama anak? ya anaknya sudah tidur. Ya paling enak ya nulis aja. Menulis di blog, sekalian bisa latihan menulis.

jadi Bismillah, akan coba terus untuk selalu menulis dan menulis. :)
Share:

Pencerahan

Siang kemarin gw dapat pencerahan dari seseorang sahabat yang gw sangat hormatin dan my role model.

Gw baru sadar ternyata apa yang gw kerjain dan apa yang gw hasilkan, ternyata belum ada apa-apanya untuk sebuah riset PhD. alias kerjaan gw nol besar. Kaget dan marah sie gw akan reaksi ini, bukan ke marah, tapi malah ke arah kecewa sama diri sendiri, bingung, galau, bimbang, kesel, you name it, semua rasa bercampur aduk di situ. Memang mungkin ini jadi cambuk bagi dari diri gw.

Hal yang menjadi concern utama yaitu adalah mindset gw sebagai seorang ilmuwan atau researcher. Ini yang masih kebentur sama pikiran gw yang marketing, atau mungkin otak jualan, kalau ada kesempatan ya ambil, mumpung sekalian karena kesempatan gak dateng dua kali.

Perbincangan ini menurut gw lama sekali, ya mungkin karena merasa seakan dimarahin kali ya, jadinya kesannya lama. hehehe. Memang maksudnya baik dan niatnya untuk bantu gw. Ya mungkin caranya itu yang bikin gw gak enak hati. Tapi ibarat obat nie, mau sepahit apapun ya tetep diminum ya kan.

In shaa Allah, gw janji ama diri gw sendiri kalau gw bakal lebih baik lagi dan lebih giat lagi bekerja buat riset gw ini. Ya siapa sie yang gak mau punya output yang bagus di PhD risetnya. Gw pengen banget, kasarnya gini, kalau memang gw tahu bagaimana caranya gw gak akan mungkin berleha-leha menyengajakan untuk bikin progress gw lama. Karena gw punya tanggung jawab juga untuk anak istri, kalau gw harus berhasil. Ya kalau lebih cepat lebih bagus.

Gw juga punya tanggung jawab moral sama bangsa negara gw yang biayain gw sekeluarga sampai ke sini. Ya gw akan terus berusaha dan mempush diri gw sendiri. Memang ada kalanya gw butuh support, yang sampai saat ini kayaknya belum gw bisa kelola karena gw masih berproses.

Kalau dibandingin sama temen gw yang lain, wah kayaknya gak apple to apple deh, secara beliau ini dosen dan punya beberapa publikasi internasional pula. Jadi setidaknya beliau ini kayak gw beberapa waktu ke depan. Semuanya proses, dan gw sadar itu, gw cuman bakal akan menjalani, menghadapi semua tantangan ke depan, gw bakal lebih kuat, gw bakal lebih siap, gw bakal lebih smart, dan terus lebih maju untuk ke depan.
Share:

Friday, December 04, 2015

Grogi

Ada yang gak nyaman saya rasakan kalau bertemu seseorang yang saya sangat hormati.

Saya merasa kalau saya gak bisa berbuat apa-apa, gak bisa berargumen, gak bisa berpendapat, dan selalu takut untuk salah. Ini saya coba harus perbaiki.

Mencoba beberapa cara yang diajarin di Samapta atau pake LoA, tetap harus dicoba mungkin.

So wish me luck. Untuk dapat memposisikan diri ini terhadap orang lain. Memang alhamdulillah hal ini sudah jauh lebih baik dibanding beberapa waktu sebelumnya. Tapi ya terus dicoba dan berusaha.

Bismillah!!!
Share:

Budaya --> Cara Berpikir?

Ada hal yang menarik kalau diamati antara budaya sini dan budaya di rumah. Bukan maksud lebih baik yang mana, cuman mau mengungkapkan apa yang saya lihat dan rasakan.

Beberapa bulan lalu di UK ada berita mengenai insiden di taman bermain Alton. Sempat menjadi headline beberapa hari. Dan taman bermain pun diselidiki dan ditutup sementara. Tapi setelah itu, buka kembali. Dan memang pas liburan musim panas, alhasil tetap saja ramai dan mengantri untuk main di wahana yang kena insiden beberapa waktu lalu. Menariknya begitu ditanya, kenapa koq mau naik? mereka rata-rata menjawab justru mereka merasa lebih aman dengan adanya kejadian itu. Meraka percaya kalau pihak taman bermain akan lebih berhati-hati dan bekerja lebih baik untuk menghindari insiden yang sama untuk terjadi.

Satu lagi ketika melakukan diskusi sama kawan-kawan di group, mengenai sebuah maskapai yang mengalami insiden beberapa waktu lalu. beberapa waktu lalu telah ditemukan penyebab insidennya. Yang terjadi adalah banyak kawan-kawan terkesan tidak mau atau takut untuk menggunakan maskapai yang sama.

Menarik bukan? ada hal yang berbeda. Memang mungkin kedua case itu bukan perbandingan yang seimbang. Tapi saya cuman mengambil perspektif dari tanggapan orang menanggapi sebuah insiden. Ada yang menjadikan itu sebuah hal yang mengencourage mereka untuk tetap menggunakan layanan, atau malah menjadi discouragement untuk mereka? Ini yang menarik, apa ini penyebabnya? budaya? kenapa budaya yang satu cenderung untuk lebih positivism dibanding yang satunya?

wallahualam. Semoga kita masih bisa diberikan akal dan kekuatan yang kuat untuk bisa menerima kebaikan. amin.

Share:

Thursday, December 03, 2015

Karakter Orang Luar

Beberapa waktu lalu pernah punya kemampuan untuk membaca karakter orang. Dari waktu ikut MLM.

Melihat beberapa karakter orang-orang ada hal yang menarik. Orang-orang indonesia yang sekolah/ tinggal di luar negeri menurut gw punya karakter luar biasa. Karena beberapa yang gw lihat di MLM, justru banyak orang-orang yang di atas itu pernah tinggal di luar negeri. Ada karakter mental yang kuat dan luar biasa.

Ditambah ada beberapa hal yang menarik adalah mengenai karakter orang luar. Untuk beberapa hal hidup di luar negeri seperti di UK itu sebuah pengalaman yang luar biasa. Rasa menghargai dan menghormati itu jauh lebih terlihat di sini. Say thank you ketika turun bus, membukakan pintu untuk orang yang jalan di belakang, mempersilahkan orang untuk duluan, say i am sorry, and so on. Penghargaan dan juga pengakuan justru membuat orang untuk bisa lebih konsentrasi dan fokus ke kompetisi. mungkin ini yang perlu kita lebih tumbuhkan di tempat tinggal kita. Terima kasih, menghargai dan menghormati. walaupun apa yang kita lakukan adalah sebuah kewajiban yang memang harus kita lakukan ya.

Budaya terima kasih, atau budaya tenggang rasa yang sudah sering kita dengar, kita aplikasikan? bagaimana caranya supaya apa yang kita rasakan perlu dibawa ya kita bawa untuk lingkungan kita sendiri? wallahualam.

*)cuma pendapat pribadi
Share:

Connecting the Dots (Research)

Sudah beberapa kali menulis mengenai ini.

Pertama kali dengerin kata ini dari Atun. Atun bilang dia dapat dari Steve Jobbs.

Intinya adalah merangkai semua kejadian, momen, pengalaman hidup, pertemanan, akal pikiran, ide, dan apapun itu menjadi sebuah benang merah yang menyatu dan mengambil hikmah dari situ.
Mencoba merecall hal ini sebelumnya, untuk scope yang lebih kecil riset untuk program PhD misalnya. Kayaknya hal ini bisa kelihatan jelas kalau ditranslasikan. Setiap dots adalah sebuah ide, permasalahan, penyelesaian dari berbagai macam dot dari akademia di seluruh dunia. Thank God hari ini ada internet yang bisa lebih mudah untuk menggapai dot-dot itu.

Untuk mendapatkan sebuah dot, sebuah benang merah, ini yang barusan saya coba telusuri lagi. Beberapa waktu lalu, mentor saya Mbak Dessy bilang ya tinggal dicari aja benang merahnya, gitu juga tante saya yang dosen, semuanya bilang cari benang merahnya. Tapi masalahnya adalah, saya gak tahu apa kesimpulan dari masing-masing dot dan bagaimana menjadikan benang merahnya. Cuman satu ternyata masalahnya, yaitu AIM! tujuan, apa yang dimau? atau kasarnya kamu mau apa?

awal mulanya adalah beberapa hal yang saya hadapi, baru berkeluarga, arka baru lahir, berat badan arka kurang, tetangga di rumah UK kurang oke, proses transfer sekolahan, juga ngurusin ISIC semuanya terjadi di satu waktu yang berdekatan. Dan ibarat komputer, RAM di otak sudah terpakai untuk processing masalah-masalah itu. dan sayangnya porsi yang cukup kecil bisa digunakan untuk riset PhD.

Itu salah satu jalan yang mungkin memang harus saya jalani. Proses perubahan mindset, karakter dan mental.

Ada seorang kawan yang pernah bilang kalau berkeluarga harusnya lebih mudah, karena fokus bisa lebih terjaga antara di kampus dan di rumah. Saya sendiri gak tahu kenapa dia bisa bilang begitu, dia sendiri memang sudah berpengalaman di bidang pendidikan, secara dia dosen, dan satu lagi dia juga belum berkeluarga. Tapi syukurnya itu masukan yang berarti. Fokus kedua hal itu! managing the focus? with seize the day? enjoying the moment? itu mungkin maksudnya yang baru dirasakan akhir-akhir ini.

Ini juga baru kelihatan setelah akhirnya saya tahu apa yang mau gw kerjain. Ke sananya sambil jalan bertahap mempersiapkan mental, dan mempersiapkan semuanya. Alhamdulillah connecting the dots nya sudah mulai bisa berjalan. Sekarang bisa berpikir lebih jernih lagi, lebih nyaman berpikir, dan mengungkapkan ide-ide, menyelesaikan masalah.

Kembali mengingat apa hal-hal yang menyenangkan. As a perfectionist, gw seneng banget sama keteraturan. Menyusun semua rencana sampai sedetil mungkin, setiap jam bahkan mungkin setiap detik bisa diatur. Karena bagi gw keteraturan itu adalah buah dari pemikiran, mental dan juga passion. Akhirnya gw seneng banget waktu ke Cambridge kemarin bisa bikin itenary yang rapih dan itu hasil riset. Gw kembali menyenangi riset, riset untuk apapun, ya hape, ya kamera, ya harga tiket. Rasanya senang kalau bisa menemukan sesuatu. Sampai gw bikin juga itenary untuk pulang ke Indonesia akhir tahun ini, ditambah bantu bikinin rekap PO untuk istri gw.

Ya, gw bisa bilang kalau PhD program itu kayak pelatihan atau training untuk kehidupan. Beda sama training motivasi dan lain, karena di sini kita dituntut untuk memotivasi diri kita sendiri, atau mencari faktor-faktor untuk bisa kita jadikan motivator. Pelatihan mental bisa juga, pelatihan hidup bisa juga, pembentukan jalan pikiran. And how lucky i am bisa mengikuti proses ini, semoga proses ke depannya akan lebih baik dan lebih semangat.

Karena sekarang alhamdulillah semua dikit-dikit sudah mulai ke-set. Arka tumbuh dan berkembang dengan baik, seneng banget, istri sudah mulai nyaman tinggal di UK sambil merawat anak (gw tahu pengorbanannya yang luar biasa, dan itu bukan hal yang mudah) jadi bisa berkreasi masak makanan enak-enak kadang kue kadang bakso, alhamdulillah. Ditambah hubungan sama supervisor bisa lebih baik dan lebih dekat. Sekarang bisa lebih mudah memposisikan diri kapan sebagai seorang teman, dan kapan sebagai seorang student (ini cukup menantang), managemen waktu, manajement target, fokus dan pikiran sudah mulai diaplikasikan. Punya hobi baru sebagai life balancer.

Yang paling berarti dan paling mendorong adalah dorongan dari dalam diri untuk bisa menjadi kepala keluarga yang baik, ayah yang baik yang ingin meningkatkan kualitas hidup istri sama anak. dari situ baru untuk berkontribusi ke lingkungan luar :)

Bismillah. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan ridha-Nya. juga memberikan kekuatan untuk menghadapi semua tantangan di depan. Amiin.
Share: