Banyak sekali hal negatif terdengar dari samping kiri dan kanan.
Entah musibah, penyakit atau apapun itu yang menimpa orang lain di sekitar.
Hal itu akan banyak sekali, tidak terhitung dan kalau ditelusuri akan selalu ada hal negatif di setiap hal.
Nah yang menariknya adalah seakan pikiran kita sangat sensitif dan gampang terpangaruh oleh hal-hal ini. Kita sering putting our feet in other's shoes, yang sayangnya tidak semestinya. Bukan pembelajaran yang didapat tapi ketakutan yang menjadi-jadi.
Ketakutan kalau kejadian tersebut menimpa kita, dan lain lain turunannya.
Kalau kita kembalikan lagi, kita sebenarnya bisa menswitch pikiran itu, dengan mengambil pelajaran dari hal-hal tersebut dan memitigasi resikonya. Itu yang diajarin sama bokap. Semua pasti ada resikonya dan mitigasinya itu yang kita fokuskan. Implementasi dari mitigasi resiko adalah penting daripada mengutuk kejadian yang mana belum tentu terjadi.
Hal ini juga yang terjadi waktu kita lagi ambil PhD. Pikiran-pikiran negatif yang ada, kalau kita gak lulus PhD gimana, kalau gak sampai beres gimana, semuanya adalah 'seandainya', 'kalau', dan lain sebagainya.
Sayang sekali energi habis di sesuatu yang belum terjadi dan kejadian. Ini menarik sekali kalau ditarik ke belakang. Pikiran kita lebih gampang untuk menilai sesuatu yang negatif atau melihat dari sisi jeleknya. Itu sangat gampang dan sangat menempel sekali di pikiran.
Justru hal itu yang berbahaya. Walaupun kita punya hal2 pendukung kalau kita baik-baik saja, tetap saja ada pikiran jelek yang menghampiri. Sekarang kita belajar untuk bersabar dan melakukan mitigasi resiko yang ada. karena kemungkinan2 akan ada. Tapi yang belum tentu terjadi. Jadi kita berusaha berbuat sebaik kita bisa saja. Lakukan dan jalankan yang menurut kita baik.
Keyakinan akan usaha itu yang sempat bikin saya goyah. Waktu kejadian mencari obat buat almarhumah Mama, alhamdulillah Allah mudahkan kita dapat obat untuk mama. Kita optimis dan yakin kalau mama akan segera sembuh dengan obat tersebut. Tapi ternyata ada hal yang lebih besar dan di atas kemampuan kita. Walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin.
Hal ini yang buat saya sempat down dan akhirnya kembali berpikir negatif.
Sekarang, saya berusaha bangkit lagi untuk bisa kembali berpikiran positif, dan dari kejadian tersebut saya bisa belajar kalau memang ada hal lain yang tidak bisa kita lakukan. Kita hanya bisa bersabar dan menjalani takdir itu.
Ada beberapa orang yang kena sebuah musibah karena orang itu berpikir kalau orang itu akan dapat musibah itu. Itu yang menarik, bagaimana pikiran menjadi sebuah doa dan menjadi magnet kejadian di masa datang. Wallahualam.
Saya masih harus banyak belajar. Ada takdir yang Allah tentukan dan ada juga takdir yang bisa kita pilih. Dan takdir yang kita pilih ini harus disesuaikan dengan usaha kita sendiri. Kalau mau takdir untuk sehat, gaji gede, atau berangkat haji misalnya, ada takdir yang harus kita usahakan. Ya olahraga, makan sehat, menabung atau merencanakan pendanaan, cari informasi, dan lain sebagainya. Takdir yang mau kita tuju ini yang perlu kita maksimalkan.
Kembali lagi, ada kekuatan lain di luar kemampuan kita yang masih suka bikin bimbang. Tapi apakah pasrah bisa menyelesaikan sesuatu? Kalau bagi saya sie tidak, mending saya berbuat semaksimal mungin apa yang bisa kerjakan. Bergerak terus, berjuang terus, jalan terus, dan berdoa terus sampai insya Allah tujuan itu tercapai.
"Daripada mengutuk kegelapan, mending kita menyalakan lilin." itu kata mentor saya.
Bismillah, semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk bisa melakukan yang terbaik, kita selalu diberikan kesehatan dan kebaikan. In sya Allah amiin.